Nama : Bima Faturochman
Kelas : 4IB02A
NPM : 16417435
Aplikasi
multimedia dalam pendidikan
Istilah multimedia yang digunakan dalam
pendidikan sekarang ini memberi gambaran terhadap suatu sistem komputer dimana
semua media; teks, grafik, audio/suara, animasi dan video berada dalam satu
model perangkat lunak yang menjelaskan atau menggambarkan satu program
pendidikan. Program multimedia yang dirancang khusus untuk keperluan pendidikan
perlu mendapat perhatian yang serius agar program tersebut dapat memenuhi
keperluan pendidikan.
Morgan & Shade dari sekian banyak program yang ada
di pasaran hanya 20%-25% yang dikategorikan memenuhi syarat serta layak
digunakan untuk keperluan pendidikan, sementara 75%-80% program dapat mengelirukan
dan masih susah untuk digunakan bahkan lebih cenderung hanya menampilkan
permainan dan hiburan. Sementara Wright & Shade mengatakan bahwa
keberkesanan proses belajar dengan menggunakan multimedia tergantung kepada
kualitas program. Ini berarti bahwa pengembangan program multimedia untuk
keperluan pendidikan tidaklah semudah untuk program permainan dan hiburan. Karena
itu program multimedia untuk keperluan pendidikan memerlukan disain yang sesuai
dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam kurikulum.
Usaha untuk memperbaiki
program multimedia agar sesuai dengan prinsip pedagogik terus dilakukan dengan
melibatkan berbagai pihak dalam pendidikan agar program multimedia tersebut
sesuai dengan standar pendidikan yang diperlukan.
Menurut beberapa pakar pendidikan, teknologi,
dan psikologi, pengembangan program multimedia untuk pendidikan agar menekankan
pada syarat mudah digunakan, memenuhi keperluan mengembangkan pengetahuan,
meningkatkan keterampilan dan kreativitas, dan menyediakan kemudahan interaktif
serta memungkinkan adanya umpan balik.
1.1 Perkembangan multimedia dalam pendidikan
Pada dekade 1960 komputer telah
menghasilkan teks, suara, dan grafik walaupun masih sangat sederhana sehingga
bisa digunakan dalam media pendidikan. Donald Bitzer sebagai Bapak PLATO
mengembangkan pembelajaran berbasis komputer pada tahun 1966 di University of
Illinois at Urbana-Champaign.
Uji coba pembelajaran
berbasis komputer pertama dilakukan pada tahun 1976 di sekolah Waterford Elementary
School.
Sejak saat itu, pembelajaran berbasis
komputer mulai dipublikasikan dan digunakan di sekolah-sekolah umum sebagai
media pembelajaran berbasis komputer.
Lahirnya
multimedia yang digunakan dalam pendidikan adalah salah bagian perkembangan
dari pembelajaran berbasis komputer tersebut. Pada dekade tahun 1990 komputer
berbasis multimedia interaktif mulai berkembang, para pendidik mulai
mempertimbangkan implikasi apa yang mungkin timbul dari media baru ini jika
diterapkan dalam lingkungan belajar mengajar. Dalam jangka waktu yang relatif
singkat, munculnya multimedia dan teknologi komunikasi yang terkait telah
menerobos hampir ke setiap aspek dalam kehidupan masyarakat.
Landasan ekonomis penggunaan multimedia
menurut Bennet, Priest, & Macpherson adalah penggunaan multimedia baru
dalam skala besar dan teknologi komunikasi yang terkait untuk pengajaran dan
pembelajaran dapat menawarkan harga yang lebih murah dibandingkan pengajaran
dengan cara tradisional dan jarak jauh. Hal ini juga akan membantu membangun
dan mempertahankan keunggulan kompetitif bagi lembaga di era globalisasi
pendidikan.
Sepintas
landasan pedagogis sangat erat kaitannya dengan landasan ekonomi sebab
penggunaan multimedia dalam pendidikan menjadi kekuatan pendorong terbesar yang
ditunjang dengan penanaman modal secara besar-besaran yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga pendidikan. Integrasi multimedia ke dalam kurikulum akan
menyebabkan terjadinya transformasi pedagogis dari pendekatan pembelajaran
tradisional yang berpusat pada pendidik menuju pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik.
Dari perspektif peserta didik, peranan
pendidik beralih dari yang semula berperan sebagai instruktur tradisional dan
pemasok pengetahuan menjadi peran yang lebih erat terkait dengan dukungan dan
fasilitas dari konstruksi pengetahuan secara aktif oleh peserta didik.
Pendekatan
yang berpusat pada peserta didik menyiratkan pemberdayaan bagi peserta didik
individu dan kecakapan pengarahan diri bagi peserta didik, sehingga lebih
bermakna, pengalaman belajar otentik yang mengarah pada pembelajaran seumur
hidup. Implikasi ini terdapat pada inti penjelasan mengenai pedagogis berbasis
konstruktivis untuk integrasi multimedia dalam konteks pendidikan.
1.2 Karakteristik
multimedia untuk keperluan pendidikan
Penggunaan
multimedia dalam pendidikan mempunyai beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki
oleh media lain.
Diantara keistimewaan itu adalah:
a. Multimedia dalam pendidikan berbasis komputer;
b. Multimedia mengintegrasikan berbagai media
(teks,gambar, suara, video dan animasi) dalam satu program secara secara
digital;
c. Multimedia menyediakan proses interaktif dan
memberikan kemudahan umpan balik;
d. Multimedia memberikan kebebasan kepada peserta
didik dalam menentukan materi pelajaran;
e. Multimedia memberikan kemudahan mengontrol yang
sistematis dalam pembelajaran.
1.3 Multimedia dalam pendidikan
berbasis komputer
Criswell mendefinisikan CAL sebagai penggunaan komputer dalam
menyampaikan bahan pengajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif
serta memberikan umpan balik. Pendek kata tujuan CAL ialah untuk mengajar.
Mengajar bermakna menyampaikan pengajaran dengan menggunakan program komputer.
Menurut Gagne dan Briggs komputer menjadi popular sebagai media proses belajar
karena komputer memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh media proses
belajar yang lain sebelum zaman komputer.
Diantara
keistimewaan tersebut adalah:
a.
Hubungan interaktif: Komputer menyebabkan terwujudnya hubungan diantara
stimulus dengan respon. Bahkan menurut Dublin komputer dapat menumbuhkan
inspirasi dan meningkatkan minat.
b.
Pengulangan: Komputer memberi fasilitas bagi pengguna untuk mengulang apabila
diperlukan. Untuk memperkuat proses belajar dan memperbaiki ingatan. Dalam
pengulangan amat diperlukan kebebasan dan kreativitas dari para peserta didik .
c. Umpan
balik dan penguatan: Media komputer membantu peserta didik memperoleh umpan
balik terhadap pelajaran secara leluasa dan bisa memacu motivasi peserta didik
dengan penguatan positif yang diberi apabila peserta didik memberikan jawaban.
Berbagai kajian telah dijalankan untuk mengukur keberkesanan komputer
sebagai media proses belajar. Dari hasil kajian yang lalu ada yang menyatakan
bahwa CAL telah menunjukkan kesan positif terhadap proses belajar dan ada juga
yang menyatakan CAL menunjukkan kesan negatif. Namun secara keseluruhannya
lebih banyak kajian yang menyatakan bahwa CAL memberi kesan yang positif
dibandingkan dengan proses belajar yang menggunakan metoda tradisional
Suppes dan Morningstar mengkaji CAL dalam bidang Bahasa Rusia mendapatinya
lebih berkesan karena lebih mudah diingat daripada bidang Biologi. Roblyer
menyatakan bahwa dalam bidang Matematika, bahasa dan keterampilan kognitif,
hasilnya adalah sama antara CAL dengan metoda tradisional.
Pemanfaatan multimedia telah memberikan dampak yang positif dalam proses
pembelajaran, namun dampak tersebut dalam kenyataannya masih perlu lebih
didesiminisikan kepada para pendidik, sebab pada kenyataannya para pendidik
sulit memenuhi tantangan perubahan yang dituntut oleh teknologi multimedia dan
terbatas juga dalam mengeksploitasi perubahan tersebut.
Torrisi & Davis melakukan studi dalam mengembangkan materi
multimedia online. Data yang diperoleh dari studi ini menyoroti beberapa isu
utama yang ditujukan dalam upaya pengembangan pendidik. Pendidik dalam studi
ini diminta untuk mengidentifikasi apa yang mereka anggap sebagai kompetensi
utama yang harus peserta didik kembangkan sebagai hasil studi subjek.
Setiap pendidik juga diminta untuk menjelaskan peranan materi secara
online dalam pengajaran mereka. Kurangnya keselarasan antara kompetensi utama
dan penggunaan materi online merupakan indikasi dari penggunaan teknologi
multimedia yang tidak benarbenar terintegrasi dengan tujuan kurikulum, isi,
sasaran dan konteks, melainkan hanya sebatas tambahan atau add-on saja.
Alasan penggunaan teknologi multimedia sebagai pelengkap itu terungkap
dalam wawancara dengan pendidik tersier, yang menyarankan penggunaan teknologi
multimedia online sebagai latihan dalam menerjemahkan materi ke dalam media
lain, yang kebanyakan menggunakannya untuk akses dan sebagai alternatif dari
penyampaian secara tatap muka atau penyampaian materi yang dicetak dan
konfirmasi bukan sebagai akuisisi keterampilan sederhana yang dibutuhkan untuk
menterjemahkan materi ke dalam media baru.
Dengan anggapan bahwa integrasi teknologi adalah sebuah proses yang
mengarah pada transformasi dan inovasi juga mengarahkan perhatian kita kepada
kebutuhan untuk memasukkan unsur-unsur praktek reflektif ke dalam setiap
kerangka kerja dan pedoman pengembangan pendidik. Istilah «praktek reflektif»
digunakan di sini untuk mencakup gagasan bahwa pendidik secara sadar membuat
penilaian tentang penampilan dan keberhasilan strategi mereka. Pendapat
mengenai evaluasi adalah inheren dalam gagasan praktek reflektif.
Menurut Ballantyne, Bain dan Packer , kurangnya pemikiran secara
mendalam menyebabkan kurangnya kesadaran dari «kesesuaian dari... metode yang
dapat membawa peserta didik ke pembelajaran yang berkualitas tinggi», sehingga
menghasilkan metode pengajaran tradisional atau metode pengajaran yang tidak
efektif. Kebutuhan bagi pendidik untuk dapat mendalami praktek-praktek mereka
tidak dapat dikesampingkan. Pengembangan strategi baru yang secara tepat dapat
mengintegrasikan teknologi multimedia ke dalam kurikulum hanya akan berlangsung,
menurut Tearle, Dillon, dan Davis , ketika pendidik telah «memeriksa kembali
pendekatannya dalam proses belajar mengajar».
Dalam 2000 studi yang dilakukan oleh Torrisi dan Davis, penemuan penting
yang lain adalah bahwa diantara kekhawatiran tentang proses produksi oleh
pendidik, perhatian utamanya tertuju pada kurangnya pengetahuan mengenai
atribut media dan kemungkinannya serta perasaan ketidakmampuan mereka dalam hal
memanfaatkan potensi dari media yang tersedia.
1.4 Multimedia memberikan
kemudahan mengontrol yang sistematis
dalam pembelajaran
Proses belajar berbantukan komputer bisa dilaksanakan secara berkelompok
atau sendirian. Walaupun berkelompok, namun pada dasarnya bahwa proses belajar
adalah tugas perseorangan/individual. Lebih jauh Laurillard menjelaskan bahwa
tidak ada alasan untuk desainer program, apakah pendidik, peneliti, atau
pemprogram, mengetahui lebih baik daripada peserta didik bagaimana mereka
seharusnya belajar. Sebagai tambahan kepada masalah ini Taylor & Laurillard
menyarankan kontrol terhadap proses belajar adalah penting dalam perkembangan
peserta didik karena akan menolong memperkuat rasa memiliki, dan membantu
perkembangan ke arah kedewasaan, keilmuan dan mencerminkan pendekatan proses
belajar yang akan bernilai sepanjang masa.
Plowman menyarankan bahwa kebebasan peserta didik dalam menentukan
proses belajar mereka dapat membangkitkan motivasi. Hiperteks sesungguhnya
menawarkan satu tingkat kontrol pengguna yang tinggi meskipun tidak menolong
menentukan tujuan proses belajar.

0 komentar: